Showing posts with label Relax. Show all posts
Showing posts with label Relax. Show all posts
Friday, February 17, 2012
Tuesday, February 14, 2012
Bercanda
StandardTahun 2000 keatas ini kesuksesan didominasi oleh para pekerja seni atau entertainer. "Teknologi tanpa citarasa seni juga tidak akan laku, produk Apple misalnya sebagai gambaran Teknologi bernilai seni tinggi" demikian menurut Ippho Right Santosa sebagai pakar otak kanan. Berbeda dengan era 1980-an keusuksesan di monopoli oleh pengguna otak kiri.
Salah satu cara untuk melihat apakah otak kanan kita lebih dominan daripada otak kiri kita adalah dengan melihat keseharian kita dalam berkomunikasi. Apakah kita telah memasukkan unsur humor dalam komunikasi, dengan bercanda contohnya. Hingga lawan bicara kita juga merasa ceria. Keceriaan dan rasa bahagia yang timbul dari canda juga akan melahirkan ide-ide yang mustahil didapatkan saat berkomunikasi dengan serius.
Saya punya cerita, seorang pengusaha sukses yang gemar bercanda dengan siapapun bahkan dengan kelas sosial yang dianggap hina oleh masyarakat. Tetapi sepandai apapun kita berkomunikasi tetap ada celah yang membahayakan.
Al-kisah pengusaha tersebut selalu jogging setiap pagi. Dan setiap lewat sebuah jalan dia selalu bertemu dengan seorang perempuan tuna susila yang berdiri di sana. Dan setiap kali pula si perempuan berteriak kepadanya “Lima ratus ribu, mau?” yang selalu dengan bercanda dia jawab, “Nggak ah, lima ribu perak saja!” Hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka setiap kali berpapasan. “Lima ratus ribu”!”. “Nggak, lima ribu!”
Suatu hari istri si pengusaha ngotot mau ikut jogging. Biarpun sang suami berusaha dengan segala cara mencegahnya, tetap saja sang Nyonya ngotot. Sang suami mengalah sambil hatinya was-was bakal ada perang dengan istrinya kalau si perempuan tuna susila itu berteriak kepadanya. Dia tahu sang Nyonya tidak akan percaya bahwa itu cuma seloroh canda saja.
Benar saja, ketika suami istri itu jogging berdampingan mendekati jalan itu sang perempuan sudah berdiri di sana. Si pengusaha mencoba menghindari tatapan mata si perempuan dan terus berlari melewatinya.
Sang pengusaha sudah merasa senang tidak ada insiden ketika dari belakang dia mendengar sang perempuan tuna susila berteriak “Lihat sendiri kan? apa yang kamu dapat dengan lima ribu perak!”
Monday, February 13, 2012
Posyandu
StandardHari Ahad pagi itu saya ngemong tiga anak, Ayyub (3 Bulan), Mumtaza (3 Tahun), Shafa (6 Tahun). Karena Umminya ada acara di luar kota demikian pula pengasuh yang minta ijin ada kegiatan di tetangganya. Bahagia dapat menemani mereka sekaligus merasakan bagaimana 'bersibuk' dengan mereka tanpa assisten dan 'CEO' rumah tangga.
Menginjak pukul 08.00 terdengar bunyi-bunyian tiang listrik PLN yang dipukul beberapa kali, menandakan ada kegiatan RT di perumahan kami, karena kehebohan anak-anak, saya tidak terlalu menghiraukannya. Waktu-pun berlalu 30 menit, selang beberapa waktu berganti pagar rumah yang berbunyi. Ternyata seorang ibu memberitahukan ada kegiatan Posyandu.
Akhirnya mau nggak mau berangkatlah kami berempat, agenda rutin posyandu menimbang berat badan atau nimbang bahasa Jawanya ketiga anak saya dan mencatatnya. Namun pagi itu tidak seperti biasanya, menu bubur kacang hijau dan sup yang biasa dibagikan diganti dengan minuman botol kecil susu dan nasi kuning. Karena jumlah anak saya tiga, saya-pun diberi tiga paket, tiga susu botol dan tiga bungkus nasi kuning.
Begitu sampai rumah ditaruh saja makanan dan minuman tersebut, anak-anak seperti tidak antusias mungkin karena sudah kenyang setelah saja saya suapin. Berlalulah pagi itu hingga menjelang sore pukul 14.00, 'CEO' kami tercintapun sudah di rumah. Mumtaza dan Shafa sepertinya kelaparan karena jam makan siang tadi terlewati dengan bermain. Setelah sadar 'lapar' melihat bungkusan nasi kuning yang sedari pagi dicuekin, dilahapilah makanan tersebut tak terkecuali susu botol dan bahkan 'jatah' adek Ayyub-pun tidak ketinggalan dilahap kedua kakaknya.
Disaat Mumtaza minum susu botol terakhir milik adeknya, rupanya masih kurang. Secara sepontan Mumtaza berceloteh: "Kak, kak.. nimbang lagi yuuk!" Kami-pun terpingkal-pingkal oleh komentar lugunya. Hari Ahad yang luar biasa.
Subscribe to:
Posts (Atom)