Tuesday, May 22, 2012

DNA Sukses Mulia

Standard
Untuk menikmati kehidupan yang terbaik, Anda harus mampu meraih Sukses dan Mulia Sekaligus. Milikilah 4-TA: Harta, Tahta, Kata dan Cinta yang tinggi. Kemudian jadikan 4-TA yang tinggi tersebut sebagai sumber manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Ketika Sukses dan Mulia berhasil Anda miliki pada saat yang sama, maka saat itulah semua yang terbaik akan hadir dalam hidup anda. Saat itulah kebahagiaan yang sejati dapat anda rasakan sepenuhnya.

Wednesday, February 22, 2012

Pasangan Sempurna

Standard
Memperoleh pasangan terbaik merupakan dambaan setiap insan. Mengarungi mahligai rumah tangga adalah jalan panjang, bukan jalan pintas merubah setatus. Oleh sebab itu tidak jarang para 'pencari jodoh' terlalu ideal, saking idealnya sampai nggak pernah ketemu 'tulang rusuknya'. Sebagaimana sabda Nabi: "Wanita dinikahi karena empat faktor: 1. Banyaknya harta, 2. Dari Keturunan yang baik, 3. Kecantikan, dan 4. Agamanya. Namun, faktor utamanya yang harus dipilih adalah agamanya, sebab masih menurut Nabi, bila faktor agaa tidak ada maka akan tersungkur dalam kefakiran.

Sunday, February 19, 2012

24 Jam

Standard


Hari Sabtu dan Ahad, 18-19 Februari 2012 saya mengikuti acara camping atau dalam bahasa Arab disebut Mukhayyam. Agenda outdoor tersebut sangat menarik. Oleh karena itu saya membawa smartphone, tujuannya agar bisa mengambil gambar sekaligus menuliskannya di blog ini. Tapi apa daya, panitia tidak memperbolehkannya. Handphone dan makanan tidak diperkenankan. Hanya air minum tawar dan peralatan camping saja yang diperbolehkan.

Friday, February 17, 2012

Bicara

Standard


Salah satu sifat Tuhan terindah adalah Maha Mendengar. Sedangkan mendengar adalah cara paling nggak enak untuk dilakukan, bagi manusia. Manusia lebih suka bicara daripada mendengar. Lebih sering mengeluh daripada syukur. Padahal struktur tubuh manusia mengisyaratkan, agar lebih banyak mendengar daripada berbicara. Dua telinga dan satu mulut itulah tandanya. Oleh karena itu bila manusia dapat mencermini sifat Tuhan. Mendengar saja. Maka akan banyak kebaikan yang ia dapat. Setidaknya ia akan aman dari tajamnya lidah.

Kebahagiaan

Standard


Kebahagiaan itu tergantung sudut pandang. Orang Jawa menyebutnya Sawang sinawang. Kadang melihat orang lain rasanya lebih nyaman hidupnya, sebaliknya orang lain melihat kita lebih tenteram. Itulah kehidupan. Semuanya diuji dengan caranya masing-masing. Ada yang diuji dengan harta banyak dan popularitas, lalu muncul sesumbar dalam dirinya 'Aku dimuliakan Tuhan daripada yang lain'. Demikian pula pemeroleh uji kurangnya harta kemudian mengatakan 'Mengapa Tuhan demikian menghinadinakan diriku'. Padahal keduanya tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Penilaiannya adalah pada sikap bagaimana menjalani kedua hal tersebut.

Saling mengisi adalah cara terbaik untuk meraih kebahagiaan hakiki. Perintah Tuhan untuk bersyahadat, shalat, zakat, puasa dan haji merupakan elemen kebahagiaan. Lima elemen tersebut ialah pengisi kehidupan yang sempurna. Karena hidup ini perjalanan yang ditempuh dengan waktu dan tujuan tertentu. Niat dan tujuannyapun harus jelas sebagaimana bersyahadat. Bukti bahwa ia tidak hanya omdo atau omong doang ia harus DO melakukan dan beraktifitas secara fisik motorik layaknya sedang shalat. Sumberdaya untuk bergeraknyapun ada dan harus dibagi, sebab manusia tidak akan mampu berjalan sendirian seperti berbaginya perintah zakat. Imsak atau pengertian lain dari puasa, bermakna menahan. Agar segala bekal dalam perjalanan tidak disia-siakan hingga mencukupi dalam perjalanan panjang. Dan yang terakhir tentang gambaran utuh refleksi kehidupan, haji. 

Itulah kebahagiaan, pilihan sekaligus tantangan beruji. Hanya dapat dirasa tapi tak dapat diraba, dapat dikerja bukan hanya terkata. Semoga kita masuk dalam lima penjaga elemen diatas. Agar keberlangsungan hidup didunia ini sebagai prototype kehidupan di akhirat mencapai kesuksesan.

Thursday, February 16, 2012

Guru

Standard


Belajar adalah tuntutan sekaligus kebutuhan manusia dari dalam perut ibu sampai kematiannya, sebagaimana rasa lapar yang membutuhkan asup makanan. Manusia dapat belajar dari pelajaran kehidupan. Ada yang ia peroleh dari lingkup kecil hingga arena yang lebih luas diluar nalar manusia. Alam semesta menyediakan pelajaran penting sebagai guru bagi kehidupan tentang nilai, aturan dan spiritual.

Sesungguhnya sifat belajar termasuk bagian dari desain manusia itu sendiri, tidak belajar sama halnya mematikan salah satu komponen anugerah pemberian Tuhan, berhenti belajar juga berarti menolak datangnya guru, itu artinya kualitas kemanusiaannya turun. Ada pepatah mengatakan "Guru akan datang bila murid telah siap". Jangan abaikan orang-orang disekitar kita barangkali merekalah guru yang selama ini kita cari-cari tak luput jua pelajaran dari anak-anak, istri, suami atau teman kerja. Seperti kisah ini:

Seorang ibu yang bekerja di salah satu instansi pemerintahan seringkali mengeluh kepada saya. Kebetulan saya seorang pungusaha troubleshoot komputer, setiap kali menerima telepon dari ibu tadi reflek saya menyiapkan charger Handphone sekaligus me-loud speaker Handphone. Pasalnya lama waktu yang beliau bicarakan, bermula konsultasi seputar kerusakan netbook hingga merembet persoalan lain. Karena ingin menghormati beliau sebagai pelanggan, saya hanya mendengarkan dan sesekali menimpali secara profesional.

Sampai suatu ketika ibu tadi seperti biasa melalui sambungan telepon menanyakan, "Kenapa ya mas tampilan aplikasi browsing saya ketika internetan berubah?. "Tidak masalah bu, biasanya itu terjadi ketika meng-instal software, kemudian software tersebut menyarankan menggunakan search engine (mesin pencari) yang lain dan ibu menerimanya, meskipun terdapat pilihan untuk menolak." Jawab saya. Saya beri langkah-langkah sederhana untuk merubah ke tampilan awal, saya rasa ibu tadi bisa melakukan karena bukan termasuk seorang ibu kantoran yang gaptek. Barangkali menjadi karakter beliau, bukan mengerjakan instruksi yang saya berikan malah menceritakan teman-temannya di kantor yang ditanya nggak tahu solusinya atau tepatnya tidak mau memberitahu. Padahal menurut saya hal tersebut sangat mudah, cukup klik kanan hilangkan centang. Setelah bercerita ke wilayah pribadi, sosial hingga negara, ujung-ujungnya minta bertemu langsung untuk diajari. Kebetulan saya sedang dilapangan saya sarankan bertemu teknisi saya, namun apa jawab ibu tadi. "Apa bisa mas karyawannya?." Hufft! Dalam hati saya anak saya yang umur 5 tahun saja bisa."

Setelah saya bertanya kepada teknisi saya, ibu tersebut bila bertanya dan diberikan solusi bukannya menjalankan melainkan mengajak berdebat hingga marah-marah. Hemm, mungkin itulah penyebabnya semua orang tidak mau 'mengajari'. Tidak ada guru yang mau datang kepadanya, lebih percaya kepada satu guru yang justru sulit ditemui padahal disekitarnya banyak guru yang siap! bila ia berkenan membuka hatinya. 

Menjadi murid sama mulianya menjadi guru, selama sang murid bertawadhu' terhadap guru. Tawadhu' menempatkan pada yang semestinya bila ia menerima ilmu mengamalkannya bila ia menguasai ilmu menebarkannya.

Tuesday, February 14, 2012

Bercanda

Standard


Tahun 2000 keatas ini kesuksesan didominasi oleh para pekerja seni atau entertainer. "Teknologi tanpa citarasa seni juga tidak akan laku, produk Apple misalnya sebagai gambaran Teknologi bernilai seni tinggi" demikian menurut Ippho Right Santosa sebagai pakar otak kanan. Berbeda dengan era 1980-an keusuksesan di monopoli oleh pengguna otak kiri.

Salah satu cara untuk melihat apakah otak kanan kita lebih dominan daripada otak kiri kita adalah dengan melihat keseharian kita dalam berkomunikasi. Apakah kita telah memasukkan unsur humor dalam komunikasi, dengan bercanda contohnya. Hingga lawan bicara kita juga merasa ceria. Keceriaan dan rasa bahagia yang timbul dari canda juga akan melahirkan ide-ide yang mustahil didapatkan saat berkomunikasi dengan serius.

Saya punya cerita, seorang pengusaha sukses yang gemar bercanda dengan siapapun bahkan dengan kelas sosial yang dianggap hina oleh masyarakat. Tetapi sepandai apapun kita berkomunikasi tetap ada celah yang membahayakan.


Al-kisah pengusaha tersebut selalu jogging setiap pagi. Dan setiap lewat sebuah jalan dia selalu bertemu dengan seorang perempuan tuna susila yang berdiri di sana. Dan setiap kali pula si perempuan berteriak kepadanya “Lima ratus ribu, mau?” yang selalu dengan bercanda dia jawab, “Nggak ah, lima ribu perak saja!” Hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka setiap kali berpapasan. “Lima ratus ribu”!”. “Nggak, lima ribu!”


Suatu hari istri si pengusaha ngotot mau ikut jogging. Biarpun sang suami berusaha dengan segala cara mencegahnya, tetap saja sang Nyonya ngotot. Sang suami mengalah sambil hatinya was-was bakal ada perang dengan istrinya kalau si perempuan tuna susila itu berteriak kepadanya. Dia tahu sang Nyonya tidak akan percaya bahwa itu cuma seloroh canda saja.


Benar saja, ketika suami istri itu jogging berdampingan mendekati jalan itu sang perempuan sudah berdiri di sana. Si pengusaha mencoba menghindari tatapan mata si perempuan dan terus berlari melewatinya.


Sang pengusaha sudah merasa senang tidak ada insiden ketika dari belakang dia mendengar sang perempuan tuna susila berteriak “Lihat sendiri kan? apa yang kamu dapat dengan lima ribu perak!”

Monday, February 13, 2012

Posyandu

Standard

Hari Ahad pagi itu saya ngemong tiga anak, Ayyub (3 Bulan), Mumtaza (3 Tahun), Shafa (6 Tahun). Karena Umminya ada acara di luar kota demikian pula pengasuh yang minta ijin ada kegiatan di tetangganya. Bahagia dapat menemani mereka sekaligus merasakan bagaimana 'bersibuk' dengan mereka tanpa assisten dan 'CEO' rumah tangga.

Menginjak pukul 08.00 terdengar bunyi-bunyian tiang listrik PLN yang dipukul beberapa kali, menandakan ada kegiatan RT di perumahan kami, karena kehebohan anak-anak, saya tidak terlalu menghiraukannya. Waktu-pun berlalu 30 menit, selang beberapa waktu berganti pagar rumah yang berbunyi. Ternyata seorang ibu memberitahukan ada kegiatan Posyandu.

Akhirnya mau nggak mau berangkatlah kami berempat, agenda rutin posyandu menimbang berat badan atau nimbang bahasa Jawanya ketiga anak saya dan mencatatnya. Namun pagi itu tidak seperti biasanya, menu bubur kacang hijau dan sup yang biasa dibagikan diganti dengan minuman botol kecil susu dan nasi kuning. Karena jumlah anak saya tiga, saya-pun diberi tiga paket, tiga susu botol dan tiga bungkus nasi kuning.

Begitu sampai rumah ditaruh saja makanan dan minuman tersebut, anak-anak seperti tidak antusias mungkin karena sudah kenyang setelah saja saya suapin. Berlalulah pagi itu hingga menjelang sore pukul 14.00, 'CEO' kami tercintapun sudah di rumah. Mumtaza dan Shafa sepertinya kelaparan karena jam makan siang tadi terlewati dengan bermain. Setelah sadar 'lapar' melihat bungkusan nasi kuning yang sedari pagi dicuekin, dilahapilah makanan tersebut tak terkecuali susu botol dan bahkan 'jatah' adek Ayyub-pun tidak ketinggalan dilahap kedua kakaknya.

Disaat Mumtaza minum susu botol terakhir milik adeknya, rupanya masih kurang. Secara sepontan Mumtaza berceloteh: "Kak, kak.. nimbang lagi yuuk!" Kami-pun terpingkal-pingkal oleh komentar lugunya. Hari Ahad yang luar biasa.

Sunday, February 12, 2012

Sahabat Karib

Standard


"Kamu yang pertama tahu lho masalah ini, rahasia ini untuk kita berdua ya.." Apa yang anda rasakan bila ada orang yang mengatakan seperti itu? Perasaan spesial bukan?. Seseorang memberitahu informasi pribadi biasanya hanya diberikan kepada orang-orang terdekatnya, misal: sahabat karib.

Karib berasal dari Bahasa Arab Qoriib bermakna dekat, sahabat karib berarti sahabat dekat, dekat dalam makna terdapat kecocokan hati, orang tersebut bisa istrinya, anak, orang tua, teman kerja atau teman sekolah. Dekat hati dan dekat fisik tentu berbeda, bisa jadi orang yang setiap hari hidup bersama justru tidak tahu rahasia diantara mereka, sebaliknya orang yang bahkan tidak pernah bertemu secara fisik justru tahu banyak rahasia diantara mereka.

Intensitas dan rutinitas kita dalam beribadah juga tak luput dari penilaian seperti diatas. Ketika shalat, fisik kita hadir, saat puasa lemahnya badan terlihat dan terasakan, berzakat, berhaji juga demikian nampak gerak fisiknya. Namun, penilaian Tuhan terhadap masing-masing orang berbeda. Tuhan juga menanyakan apakah ia juga datang bersama hatinya (khusyu')?.

Membangun kedekatan hati sebagai sahabat karib sebagaimana pepatah: "Untuk mengetahui siapakah yang layak disebut sahabat sebenarnya adalah saat ia selalu membersamai diwaktu susah". Rutinitas dan intensitas bertemu berbeda dengan istiqomah bertemu, istiqomah itu mudawamah atau  berkelanjutan dalam situasi dan keadaan apapun, 'menjaga dirinya selalu seperti itu' baik dalam kondisi senang maupun susah.

Menjadi sahabat karib memang tidak mudah, membutuhkan dua pekerjaan sekaligus; pekerjaan fisik dan pekerjaan hati. Dua hal inilah yang disebut integritas pembentuk karakter tangguh manusia unggul, sebagaimana Tuhan menuntut untuk melakukan hal itu ketika hendak bertemu denganNya. Ketika Tuhan meridhainya maka rahasia alam semesta ini akan diberikan kepada makhluk tersebut, rahasia antara mereka Tuhan dan Hamba yang karib.


Monday, February 6, 2012

Niat dan Tujuan

Standard

"Keselarasan antara niat dan tujuan" itulah yang saya pahami dari Hadits Arba'in Imam An-Nawawi. Air yang mengalirpun punya tujuan yang jelas LAUT, tidak ada yang benar-benar mengalir tanpa tujuan, bila ada manusia yang sukses menganggap dirinya hanya mengikuti alur kemungkinan tercapainya hanya 0,0000001%; kebetulan saja alurnya sama dengan orang yang sukses. Tuhan-pun demikian menganggap pentingnya hal intrinsik (niat) sebelum aktifitas pencapaiannya ('amal/motorik).

Contohnya kisah nyata Merry Riana yang berhasrat memperoleh 1 juta dollar pertamanya di usia muda tidak terlepas dari keselarasan niat dan tujuan. Niatnya segera sukses pada umur 26 Tahun bertujuan sesegera mungkin dapat membahagiakan orang tuanya. "Bila saya sukses pada umur 40 tahun, bagaimana dengan orangtua saya? tentunya disaat usia senja tidak mungkin menikmatinya kebahagiaan bersama saya" tulisnya dalam buku "A Gift From Friend".

Luar Biasa!, tercapainya Resolusi (Keselarasan Niat dan Tujuan) Merry Riana tentunya bukan hanya mengalir mengikuti alur kehidupan pada umumnya. Ia bekerja keras dan cerdas menuju impiannya. Tidak dipungkiri banyak tokoh-tokoh besar dengan cerita kesuksesan masing-masing sebanding dengan impiannya. Bahkan impian yang mustahil di waktu kehidupan tokoh tersebut.

Ada kekuatan moral dan spiritual dibalik terwujudnya impian-impian manusia; berupa moral untuk membahagiakan orang lain daripada dirinya sendiri. Bermimpi besar karena alasan ibadah semata ingin mendapat nikmat setelah kehidupan di dunia ini.

Terus terang saya bingung untuk menulis Resolusi saya sendiri, terlalu banyak impian yang ingin saya dapatkan, terlalu banyak orang yang ingin saya bahagiakan. Meskipun semuanya dapat diperoleh tahap setahap. Semisal Rangga Umara yang sukses dengan Pecel Lelelela dengan Resolusi berbentuk Dreambook, Jamil Azzaini dengan Resolusi berbentuk Proposal Hidup. Kedua tokoh yang sering saya baca tulisan-tulisannya tersebut, menuliskan cita dan cintanya dalam DreamBook dan Proposal Hidupnya.

Kembali kepada Niat dan Tujuan dalam Hadits Arba'in yang pertama. Sepenuhnya Resolusi saya utamakan berdisiplin dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt: Saya ingin hidup hingga mati saya SHALAT BERJAMA'AH LIMA WAKTU SAYA DI MASJID ATAU MUSHALA!. Semoga Tuhan meringankan langkah saya dan memudahkan peranan-peranan lain di dunia ini. Amiin.