Friday, February 17, 2012

Kebahagiaan

Standard


Kebahagiaan itu tergantung sudut pandang. Orang Jawa menyebutnya Sawang sinawang. Kadang melihat orang lain rasanya lebih nyaman hidupnya, sebaliknya orang lain melihat kita lebih tenteram. Itulah kehidupan. Semuanya diuji dengan caranya masing-masing. Ada yang diuji dengan harta banyak dan popularitas, lalu muncul sesumbar dalam dirinya 'Aku dimuliakan Tuhan daripada yang lain'. Demikian pula pemeroleh uji kurangnya harta kemudian mengatakan 'Mengapa Tuhan demikian menghinadinakan diriku'. Padahal keduanya tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Penilaiannya adalah pada sikap bagaimana menjalani kedua hal tersebut.

Saling mengisi adalah cara terbaik untuk meraih kebahagiaan hakiki. Perintah Tuhan untuk bersyahadat, shalat, zakat, puasa dan haji merupakan elemen kebahagiaan. Lima elemen tersebut ialah pengisi kehidupan yang sempurna. Karena hidup ini perjalanan yang ditempuh dengan waktu dan tujuan tertentu. Niat dan tujuannyapun harus jelas sebagaimana bersyahadat. Bukti bahwa ia tidak hanya omdo atau omong doang ia harus DO melakukan dan beraktifitas secara fisik motorik layaknya sedang shalat. Sumberdaya untuk bergeraknyapun ada dan harus dibagi, sebab manusia tidak akan mampu berjalan sendirian seperti berbaginya perintah zakat. Imsak atau pengertian lain dari puasa, bermakna menahan. Agar segala bekal dalam perjalanan tidak disia-siakan hingga mencukupi dalam perjalanan panjang. Dan yang terakhir tentang gambaran utuh refleksi kehidupan, haji. 

Itulah kebahagiaan, pilihan sekaligus tantangan beruji. Hanya dapat dirasa tapi tak dapat diraba, dapat dikerja bukan hanya terkata. Semoga kita masuk dalam lima penjaga elemen diatas. Agar keberlangsungan hidup didunia ini sebagai prototype kehidupan di akhirat mencapai kesuksesan.

0 comments:

Post a Comment